Home » , , , , , , , » Ekowisata Tangkahan sebagai ‘Hidden Paradise’

Ekowisata Tangkahan sebagai ‘Hidden Paradise’





Indonesia Diversity atau disingkat ID diprakarsai oleh Toyota Astra Finance (Astra Group). Dibentuk di Jakarta sebagai bentuk kecintaan terhadap Indonesia untuk meng-eksplore  kekayaan alam dan budaya Indonesia. Tujuannya adalah mempromosikan kekayaan alam dan budaya tersebut khususnya kepada masyakat Indonesia dan dunia umumnya. Siapapun bisa bergabung dengan ID Community dan mempromosikan kekayaan alam, budaya Indonesia melalui situs www.indonesia-diversity.id maupun jejaring sosial ID lainnya. Saya dan rekan kerja saya yang tergabung dalam Indonesia mendapat kesempatan untuk meng-eksplore lebih jauh Pulau Nias dan Sumatera Utara. Setelah perjalanan menuju Nias selesai kami lanjut ke Sumatera Utara tujuan Ekowisata Tangkahan, Langkat.
Hari ketiga, Jumat jam 3 sore, kami berangkat dari Binaka Gunung Sitoli menuju Medan. Pesawat yang kami tumpangi sempat delay sekitar 1 jam sehingga kami harus menunggu di bandara. Sembari  menunggu, Pendra menghubungi agen travel yang akan membawa kami ke Tangkahan.  Pukul 16.15 wib kami take off dari Bandara Binaka Gunung Sitoli. Perjalanan selama 50 menit akhirnya membawa kami sampai Kualanamu.
Setiba disana, kami dijemput Agung perwakilan dari Campa tour menuju penginapan di Medan. Untuk memudahkan perjalanan, Agung menyewa tempat yang dekat lokasi mengingat daerah kampung Lalang yang akan dilalui besok akan macet.
Pagi hari, tim berangkat menuju tangkahan mengendarai mobil menuju Tangkahan. Perjalanan selama itu membuat kami kelelahan dan tertidur sebentar ketika dalam perjalanan.Menuju tangkahan dibutuhkan waktu tempuh kurang lebih 5 sampai 6 jam dengan mengendarai mobil atau sepeda motor dari kota Medan. Untuk jaraknya sendiri relatif dekat yaitu 180 km.  Akses menuju terbilang mengocok perut, terutama di daerah Perkebunan Nusantara 2. Jalan beraspal hanya sampai di Simpang Mangga. Selebihnya sekitar 17 km dilalui dengan jalan kebun yang berbatu, licin, berlubang dan banyak binatang peliharaan warga terutama sapi disepanjang jalan. Jika musim hujan, jalan ini akan sulit dilalui kecuali dengan kenderaan mobil off road dan sepeda motor.
Saat itu kami mengendarai mobil xenia milik Henry. Henry sudah memiliki pengalaman dalam berkendara. Ia sudah menjadi supir rental selama 15 tahun. Mobil Xenia miliknya telah dimodifikasi khusunya bagian ban yang berukuran besar sehingga tidak mengkhawatirkan ketika kenderaan masuk kedalam lubang. Mobil miliknya cukup melaju kencang ketika berada di jalan perkebunan.
Dalam perjalanan ada perubahan arah karena ada perbaikan jembatan sehingga kami harus masuk ke dalam perkebunan. Jalan yang dilalui  berada diantara tanaman sawit. Memang mobil bukan off road, kenderaan kami sempat terjerembab dalam lubang yang licin. Henry mencoba keahliannya dalam menyetir namun belum bisa keluar. Kami mencoba membantu dengan memasukkan batang sawit kering kebawah ban agar ban mendapat gesekan dan keluar. Namun tetap saja tidak bisa. Selang berapa lama, salah satu supir yang membawa Turis Bule berhenti dan membantu kami mendorong mobil. Dengan kecepatan tinggi, akhirnya mobil dapat keluar dan kami melanjutkan perjalanan. Jalan kebun begitu membingungkan karena banyak jalan bercabang dan tidak memiliki tanda.  Jika ingin ketangkahan sebaiknya bersama orang yang paham akan lokasi agar tidak kesasar dan menghabiskan banyak waktu dijalan.
Tangkahan dengan luas 792.675 Ha merupakan ekowisata yang letaknya berada di Desa Namo Sialang, Kec. Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Selain menggunakan kendaraan pribadi, transportasi umum juga ada dengan nama Bus Pembangunan Semesta (PS) jurusan Sawit Seberang. Rutenya mulai dari Terminal Pinang Baris, Kampung Lalang, Binjai, Stabat dan masuk Ke Desa Sawit seberang dan terakhir menuju Desa Namo Sialang, Kec. Batang Serangan. Ongkosnya sekitar Rp 30.000,-/trip. Namun, untuk ke Tangkahan masih ada 5 km lagi dari Desa Namo Sialang. Selepas dari Desa Namo Sialang akan ada mobil/ojek yang akan membawa langsung menuju kantor CTO (Community Tour Operator). Agar lebih mudah dan nyaman, gunakanlah travel agen di Medan yang menyediakan transportasi dan akomodasi untuk kesana seperti Dream land Resort. 
Balu Bridge. Jembatan penyeberangan menuju penginapan

Setibanya di Tangkahan, kami harus melewati jembatan gantung (Balu Bridge) sepanjang 1.5 km menuju Café and Resort Dream Land milik Suka Ginting. Jembatan ini memisahkan tanah Perkebunan Nusantara 2 dengan tanah masyarakat berada di seberangnya. Dibawah jembatan mengalir dua pertemuan sungai berair jernih kehijauan dengan hiasan batu-batu besar di tepian hutan. Ia adalah Sungai Kuala Bulu  dan Sungai Batang Serangan.
Jembatan balu memiliki beban maksimal 6 orang. Jika lebih jembatan akan bergoyang kanan kiri. Ini membuat bahaya bagi orang yang berjalan.  Jembatan diberi pagar sampai sepinggang orang dewasa dengan tali pengait kanan dan kiri untuk menjaga keseimbangan. Dimasing-masing ujung jembatan ditarik dengan menggunakan tali besi untuk menjaga keseimbangan. Sementara pijakan terbuat dari papan. Untuk melewati Balu Bridge setiap penyeberang dikenakan tarif sebesar Rp.10.000 per orang.
Kami langsung dibawa ke Resort miliknya bernama Dream Land. Resort ini masih terbilang baru karena baru beroperasi awal tahun 2015. Jaraknya sekitar 1 km dari CTO. Resort dengan 3 pintu dan 1 Café dikelola secara bersama oleh saudaranya bernama Ucok dan Caca. Untuk desainnya sendiri mengikuti Eropa dan bahan bangunan mengikuti Nature. Jalan menuju ke Dream land dan resort lain terhubung satu sama lain. Artinya jalan yang kita lalui setelah melewati jembatan akan kita temui resort lain seperti Mega Inn, Dream Land dan Jungle Lodge. Dream land berada di sebelah kanan setelah Mega Inn tetapi sebelum Jungle Lodge. Suasana Dream Land sungguh membawa kesan Back to nature.  Suara deburan air, bunyi jangkrik, binatang lain terdengar dari penginapan. Dream Land tepat berada di pintu masuk menuju Hutan Taman Nasional Gunung Leuser. Café Dream Land berada di bukit tepat ditepi sungai  berhadapan dengan hutan Leuser dengan ketinggian 10 meter.
Kami menempati kamar ‘Moon’ berada diantara kamar lainnya. Setelah meletakkan barang bawaan, kami menuju café untuk makan siang. Ketika berada di kafe, kami dapat melihat sungai dari atas ditemani dengan suara hewan dari hutan Leuser. Sesi paling menarik di café Dream Land menjelang sore hari. Jika memang bernasib baik, akan ada sekumpulan keluarga si amang (monyet bermuka rata) turun dari pohon duduk ditepian pantai. Juga hewan biawak berjalan menyisir pantai.
Sekitar pukul 14.00 wib kami melanjutkan petualangan dengan masuk kedalam hutan Leuser (Tracking). Perjalanan akan ditempuh kurang lebih 2 jam bahkan lebih tergantung jumlah biaya yang dikeluarkan. Untuk tracking selama 2 jam akan dikenakan biaya Rp. 200.000 per orang. Sebagai guide, orang lokal menyebutnya sebagai Ranger.
Sebutan Ranger berawal dari komunitas pecinta alam yang singgah ke Tangkahan. Saat itu rentang tahun 1980 sampai 1990-an, masyarakat di sekitar Tangkahan dulunya giat membalak kayu hutan yang berasal dari Taman Nasional Gunung Leuser. Namun seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat kemudian sadar akan kerusakan dan kesalahan yang telah mereka perbuat. Atas kesepakatan bersama masyarakat di Tangkahan kemudian memutuskan untuk menghentikan pembalakan kayu ilegal dari dalam kawasan Leuser dan mengembangkan kawasan ekowisata Tangkahan. Semua ini tidak terlepas dari mahasiswa pecinta alam bernama Ranger. Pada tahun 2001, masyarakat Tangkahan berkumpul dan menyepakati peraturan desa yang melarang segala aktivitas ilegal dan mendirikan Lembaga Pariwisata Tangkahan.
Informasi penting, Tangkahan menyajikan hutan sangat lebat. Ber-khas hutan pantai dan hutan hujan tropika, hutan ini pun masih perawan. Di dalamnya terdapat beberapa sungai, sumber air panas, lembah, dan air terjun. Ekosistem alamnya sangat indah dan beragam, meliputi dataran rendah (pantai) hingga pengunungan.
Menyusuri sungai jernih yang dangkal, Anda akan menemukan taman kupu-kupu dan air terjun nan indah. Jernihnya air akan menghipnotis untuk berlama-lama di dalamnya. Tidak hanya air dingin, di kawasan Tangkahan juga terdapat sebuah sumber air panas yang besarnya seukuran bak mandi. Sumber air panas yang berada di gua tepi sungai ini hanya cukup untuk berendam satu orang.
Tracking merupakan salah satu item dari beberapa destinasi di Tangkahan. Selain tracking, ada tubing (mengaliri air sungai dengan ban), Memandikan gajah Sumatera, dan Tracking(menyusuri hutan) dengan naik gajah.
Tracking :
Untuk melakukan tracking perlu tenaga ekstra. Selain tenaga diperlukan juga keberanian dan tekad kuat. Karena jalan yang dilalui tentu jalan hutan dengan tantangan tersendiri. Kami memulainya dari Cafe Dream land menuju sungai dibwahnya lalu menyeberang sungai dangkal dan masuk kedalam hutan. Spot pertama adalah air terjun sedikit masuk ke dalam hutan. Jalan yang dilalui bisa dari bawah atau dari atas. Sesekali tim ingin mengabadikannya dari atas. Untuk melihat spot dari atas kami harus mendaki melewati semak belukar. Jalan sangat licin dan banyak sekali lintah yang bersembunyi dibalik daun yang jatuh ketanah.
Bukan hanya satu yang menggigit tetapi puluhan lintah lengket mulai dari jari kaki hingga masuk kedalam celana pendek yang kami pakai. Saya dan pendra selama dalam perjalanan ada lebih 10 lintah lengket. Tim cukup risih dengan keberadaan lintah yang merongrong. Namun, itu adalah tantangan yang harus dilalui untuk adventure Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Setelah melihat air terjun, kami melanjutkan perjalanan dengan jalan sedikit mendaki. Suka memberi kami 2 alternatif pilihan mengenai jalan yang akan dilalui. Yaitu Tracking dengan jalan cukup landai atau jalan dengan terus mendaki. Kami memilih jalan yang cukup landai saja. Mengingat kondisi fisik tidak mumpuni  dan masih terasa lelah ketika menyusuri hutan di Nias Selatan melihat Air Terjun Namo. Sepanjang perjalanan, suka mengenalkan beberapa tanaman hutan. Seperti remuk tualang. Fungsi tanaman ini adalah sebagai obat menurunkan panas badan bagi anak anak. Lalu Tanaman Cep cepan. Gunanya untuk obat cacingan dicampur dengan gula aren, dan ditambahkan sedikit jahe. Cara masak, diambil sedikit kulit kayu Cep Cepan dan diserut. Lalu dimasukkan dalam rebusan air. Takarannya 1 gelas menjadi setengah gelas. Kemudian daun gigitan harimau yang bisa dimakan. Saya sempat mencoba memakannya. Rasa daun terasa asam seperti ketika memakan jeruk nipis. Lalu Ada tanaman tandelangkup yang tidak akan busuk daunnya. Ketika daun ini putus, ujung batang yang putus itu akan hidup dan berakar kembali. Juga ada Pohon tualang/kayu raja (Kompasiana) yang tinggi menjulang merupakan tempat labah bersarang.
Lagi-lagi perjalanan kami terganggu dengan gigitan lintah. Kami sempat berhenti diperjalanan ketika saya lihat kaki saya dipenuhi lintah. Karena saya merasa risih, saya mencoba untuk melepas mereka. Jumlahnya juga sangat banyak menempel disela-sela jari bahkan bersembunyi di tali sandal yang kami kenakan. Pendra juga mengalami hal yang sama. Suka ginting tertawa saja ketika kami gelisah dalam perjalanan. Suka kemudian membantu kami melepaskan lintah dengan mengambil langsung dengan tangannya. Lintah memiliki sensor aktif ketika mencium bau darah manusia. Jalannya sangat cepat seperti melompat dari satu daun ke daun lainnya.
Setelah menyusuri hutan, kami akhirnya tiba di tepian sungai glugur. Tempat ini merupakan spot menarik untuk mengambil foto. Selain keindahan air yang dangkal berwarna kehijauan, disini pula taman kupu-kupu berada. Kupu-kupu terlihat bermain ditepian pantai. Sesekali berhenti dan terbang lagi ketika ada suara atau gerakan yang mengusik.
Setelah puas mengambil gambar kami lanjutkan perjalanan menyisir pantai menuju pemandian air panas. Air panas di Tangkahan berada di gua seberang sungai. Jika ingin kesana haruslah menyeberangi sungai dengan berenang ketika area dalam atau hanya cukup berjalan dari hulu.
Air panas diapit oleh batuan besar sehingga untuk berendam saja hanya  muat untuk 1 orang dewasa. Jika kunjungan ramai, kami harus secara bergantian untuk menikmatinya. Jika sudah merasakan air panas tangkahan, cobalah untuk mendinginkan kembali badan dengan berenang disekitar lokasi. Jika ingin meloncat dan menceburkan diri ke sungai, bisa melalui batu besar tepat berada di tengah aliran sungai. Batu ini sering di manfaatkan turis lokal untuk ajang lompatr. Kedalaman air di sekitar lokasi sekitar 3 meter. Untuk yang lainnya sangatlah dangkal.
Setelah kami berada sekitar 1 jam, kami kembali menuju penginapan Dream land. Dalam perjalanan pulang, jalan yang kami lalui bercabang. Jika takut tersesat jangan sungkan untuk bertanya kepada orang yang lewat atau masyarakat sekitar. 

Penakaran Gajah Sumatera
Beberapa Gajah Sumatera sedang Bathing di sungai

Penakaran Gajah Sumatera berada di sekitar perkebunan nusantara 2 milik pemerintah. Jika ingin kesana harus kembali menyeberangi jembatan gantung ‘Balu Bridge’. Sebelum menuju kesana kami harus berkunjung sebentar ke kantor CTO (Community Tour Operator). Untuk melihat Gajah Sumatera masih dalam penakaran, bangunlah di pagi hari sekitar jam 7. Karena sekitar jam 08.00 wib, gajah tersebut akan mulai untuk atraksi.
Berjarak sekitar 1 Km dari pintu masuk ekowisata Tangkahan (CTO), kami mendapati 7 ekor gajah. Jenis betina sebanyak 5 ekor dan 1 ekor jenis pejantan. Mereka masing- masing di beri nama Ardana, Olive, Agustin, Yuni dan Eva untuk kelamin betina. Usia paling muda bernama olive sekitar 17 tahun. Untuk kelamin jantan diberi nama Teo berusia 28 tahun. Berada didalam kandang terbuka dengan pagar kawat dialiri listrik seluas 1 rantai,  kami menyaksikan hewan tersebut sedang memakan batang pohon sawit. Gajah-gajah ini berasal dari KSDA Aceh sebanyak 4 ekor dan 3 ekor lainnya dari tangkapan di Tangkahan. Masih ada satu kawanan gajah liar di hutan TNGL yang masih bebas sekitar 6 ekor.
Masyarakat di Tangkahan kini bekerjasama dengan LSM mengembangkan kegiatan wisata alam dengan memanfaatkan jasa gajah. Saat ini, gajah-gajah yang berada di kawasan wisata tangkahan sudah dimanfaatkan untuk patroli safari hutan. Bahkan gajah tersebut saat ini sudah menjadi sebuah ikon wisata.
Para wisatawan yang berkunjung dapat menikmati perjalanan keliling hutan dengan menunggangi gajah patroli yang telah dilatih. Gajah-gajah tersebut bertugas untuk berkeliling menjaga hutan dari ancaman praktek ilegal logging yang dilakukan pihak pembalak.  Namun sekarang, pengunjung dapat  berwisata dengan berjalan-jalan mengitari aliran sungai.
Aktifitas Gajah terdiri dari Elephant Bathing, elephant Feeding dan Elephant Riding. Untuk Elephant Bathing, wisatawan dapat memandikan gajah menggunakan sikat yang biasa dipakai menyikat pakaian. Aktivitas kedua adalah elephant Feeding (meberi makan). Setelah memandikan gajah wisatawan dapat memberinya makanan 1 plastik asoy berisi potongan jagung, labu, tebu, dan pisang. Tim ID diberi kesempatan untuk Feeding gajah. Dengan lelucon saya letakkan makanan di atas kepala. Gajah tidak meraihnya dengan belalalinya. Saya coba lagi seperti demikian tetap tidak diambilnya. Akhirnya saya pegang pisang lalu saya angkat keatas, Teo meraihnya. Gajah diajarkan oleh Mahout untuk tidak mengambil makanan selain dari tangan. Menakjubkan. Selanjutnya, elephant Riding dilakukan setelah gajah kembali ke penakaran selama 30 menit untuk makan.
Adapun Tarif untuk Elephant Bathing dan Feeding dikenakan tarif Rp. 250.000 per orang. Jika ingin sekaligus alias Bathing, Feeding dan Riding bersama gajah (berjalan-jalan mengitari aliran sungai) akan dikenakan tarif Rp. 650.000 per orang.
Destinasi treking gajah paket 1 jam mulai dari sungai Batang Serangan menuju sungai Bulu. Dan paket 3 jam menuju gua kambing masuk ke dalam hutan.
Tubing
Tubing merupakan jelajah sungai menggunakan ban dipandu Ranger
Kegiatan Tubing adalah mengarungi sungai Kuala Buluh dan Sei Batang Serangan yang terdapat di Tangkahan. Mengarungi sungai menggunakan ban merupakan pengalaman yang mengasyikan. Tubing hampir sama dengan rafting, bedanya jika pada saat rafting kita menggunakan perahu karet, tidak demikian dengan tubing. Kita akan duduk di atas ban dalam truk yang sangat besar dan telah dipompa, lalu mengalir begitu saja mengikuti arus sungai sampai ke titik tertentu sambil menikmati pemandangan di tepi sungai.
Seperti wisatawan lain, kami juga tidak melewatkan sensasi Tubing karena masih dalam satu paket Tour. Menjelang sore dihari minggu, suasana tepian sungai tampak ramai. Banyak dipenuhi turis lokal. Mayoritas turis lokal yang datang berasal dari Medan. Sebelum tubing, saya melihat rakit penyeberangan wisatawan lokal berada diantara sungai buluh dan sungai Batang Serangan. Tarif penyeberangan rakit Rp. 3000 per orang.
Tubing ini membuat para wisatawan merasa tertantang untuk mengarungi sungai dengan arus deras dan berbatu. Sungguh akan memacu adrenalin. Jika memiliki pengalaman dan keberanian tidak perlu menggunakan guide. Karena tarif untuk tubing itu sendiri sebesar Rp. 200.000 per orang dengan jauh perjalanan selama 30 menit dengan jasa Guide. Namun, jika sendiri saja hanya cukup menyewa ban sebesar Rp. 15.000. Tentu risiko ditanggung sendiri jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Para guide disini sudah berpengalaman dan terlatih untuk hal keselamatan dan prosedur standar operasional.


Air Terjun Glugur sering menjadi destinasi turis lokal dan mancanegara ketika melakukan tubing





Ditengah melakukan tubing, guide mengajak kita singgah sebentar melihat Waterfall Glugur. Air terjun ini tidak terlalu tinggi namun airnya cukup deras untuk menimpa punggung dan merasakan sensasi seperti ketimpuk batu. Besar debit air Terjun Glugur dipengaruhi oleh tingkat curah hujan. Artinya jika musim hujan, debit air yang mengalir akan lebih besar dibanding jika musim kemarau. Setelah menikmati air terjun Glugur kami melanjutkan tubing kembali dengan sisa waktu 7 menit. Lalu mulai kembali trekking melewati kebun-kebun sawit dan perumahan penduduk untuk kembali ke penginapan. Perjalanan cukup melelahkan karena membutuhkan waktu sekitar 60 menit menuju penginapan.









Tim ID sedang melakukan feeding seekor gajah Sumatera setelah Bathing
 

0 comments:

Post a Comment