11 Juni 2011
Pukul 11 malam aku nyampe kekosan. Setelah sedikit berbasa basi sama teman kosan aku langsung kekamar. Wah,, rasanya badan seperti terlipat delapan. Kedinginan karena nganter temen kerumahnya. Malam itu kami agak lama pulang karena harus mengejar deadline majalah. Itu adalah tanggung jawab sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia jurnalistik. Harus menelurkan produk setiap 3 atau 4 kali dalam setahun. Majalah yang seharusnya sudah terbit bulan 3 diundur penerbitannya. Ini tidak sesuai yang kami harapkan. Terlalu banyak problema.
Aku tidak mau berbicara banyak. Takutnya nanti jadi boomerang bagiku. Tapi itulah adanya. Aku sadar aku juga kurang berkontribusi dalam penerbitan ini. Entah apa yang merasukiku hingga ku tidak sehebat dulu. Apa” langsung aku kerjai. Tanpa menunggu disuruh.
Ada dalam benakku yang mengganjal. Yaitu tuntutan orang tua yang harus tamat sesuai rencana. Kali ini aku tidak bisa menolak ataupun menghindar. Kulakoni diriku sebagai anggota pers sekaligus mahasiswa. Akan tetapi, aku lebih memprioritaskan kuliahku dulu.
Berbagai batu kerikil datang silih berganti. Diotakku sudah banyak racun yang menghantui hingga ku terkadang hilang kontrol. Emosi meledak ledak ketika tidak sesuai harapan. Namun, tidak sampai kelewat batas hingga menyakiti seseorang. Aku hanya berdiam dan merenung. Dalam sepi, sendiri, mencari solusi, introspeksi diri, apa yang sebenarnya terjadi…
Namun, dibalik itu semua aku menjadi pribadi yang mengerti akan banyak hal. Mampu mendorongku menjadi arif bijaksana mengambil sikap. Aku percaya suatu saat semua akan baik baik saja. Asal dengan ikhlas dijalankan Semua yang kuinginkan akan datang secara perlahan.
Semua yang kulakukan adalah untuk diriku dan orang tuaku. Kulakukan dengan seimbang dengan tujuan tanpa harus ada yang kecewa. Aku tidak ingin mengecewakan orangtuaku juga diriku.
Memang terasa berat jika semua dijadikan beban. Itulah yang aku rasakan. Sedikit pencerahan dari baca buku, melihat MTGW membuatku kembali semangat untuk mengarungi perjalanan panjang dalam hidup. Aku tidak tahu kapan perjalanan ini akan berhenti. Tuhanlah yang menentukan segalanya. Sesungguhnya yang paling dekat dengan diri kita menurut Imam Ghazali bukanlah keluarga kita ataupun teman terbaik kita. Melainkan MAUT yang akan senantiasa datang menghampiri kapapun dia mau. Maka dari itu, aku ingin menjadi lebih dan lebih karena hidup memang sangat singkat antara azan dan shalat. Ketika lahir diazankan dan ketika mati dishalatkan. Itulah yang kuinginkan. Aku ingin merasakan apa yang telah lebih dulu dirasakan orang lain karena kegigihannya mengejar impiannya. Sehingga kusadar bahwa harus ada yang lebih diprioritaskan dari berbagai kepentingan lainnya….
Bagaimana dengan Anda?
0 comments:
Post a Comment